Bangunan besar dan panjang terlihat di seberang jalan, dengan pagar besi berwarna abu-abu, bangunannya pun terlihat kokoh, tak ada sedikit pun keadaan yang sunyi, karena di sana-sini terlihat anak-anak sedang bermain dengan wajah bagaikan matahari bersinar terang dan seperti tidak ada permasalahan apa pun. Tetapi di tegah keramaian tersebut, ada seorang anak perempuan dengan wajah pucat pasi, mengenakan baju berwarna merah hati, rok berwarna putih dan dengan jepitan rambut berwarna ungu bergambarkan boneka. Dia bernama Arini, umurnya 12 tahun dan bersekolah di SD Negeri 1 Jakarta.  Dia di titipkan di panti asuhan “Kasih Bunda” karena kedua orang tuanya tidak sanggup untuk membesarkannya. Dan karena kedua orang tuanya hanya seorang pemulung. Dia merasa sedih dengan kehidupanya sekarang karena sampai saat ini pula dia belum tau siapa kedua orang tuanya dan di mana keberadaan kedua orang tuanya.
“Tangkap bolanya” teriakan seorang anak laki-laki dengan nada menyuruh Arini untuk menangkap bola voli. Dan ternyata anak laki-laki itu bernama Rudi.
“Au....sakit....” rintihnya dalam hati dengan wajah menggigil kesakitan.
“Tolong......tolong.....” teriak anak laki-laki itu meminta pertolongan kepada petugas panti asuhan .
Tiba-tiba datanglah Bu Niken, dia adalah ibu pengurus panti asuhan. Setelah itu, Arini langsung dibawa menuju Rumah Sakit Harapan. Dokter berkata bahwa Arini terkena penyakit yaitu DB (Demam Berdarah). Semua anak panti merasa khawatir, terutama Rudi karena dia merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya terhadap Arini tadi sore di halaman panti asuhan”Kasih Bunda. Beberapa menit kemudian, Arini pun siuman dari pingsannya. Dan cepat-cepat Rudi meminta ma’af kepada Arini. Tetapi Arini heran, mengapa Rudi meminta ma’af kepadanya.
“Rud, kenapa kamu meminta ma’af kepadaku? Apa salahmu kepadaku?” tanya Arini panjang lebar kepada Rudi.
“A...a..aku meminta ma’af kepadamu karena tadi sore aku tidak sengaja melempar bola voli kepadamu. Sekali lagi aku minta ma’af kepadamu?” jawab Rudi dengan wajah ketakutan.
“O...kejadian itu, aku udah ma’afin kamu kog, lagian pula sebelum kamu melemparku dengan bola voli, keadaanku sudah tidak enak badan. Jadi kamu jangan merasa bersalah ya...” jawab Arini untuk menenangkan Rudi.
Setiap hari Rudi menjenguk Arini di Rumah Sakit Harapan. Dia menunggu Arini di dekatnya sampai-sampai Rudi ketiduran. Tanpa disadari, ketika Arini terbangun dari tidurnya, dia sudah mendapati Rudi disampingnya tertidur pulas. Dia tidak tega untuk membangunkan Rudi yang tertidur pulas dengan wajah lelah. Rudi pun bangun dari tidurnya. Ketika dia mengadah ke atas, Arini memberikan senyum manis kepadanya, dia pun membalasnya dengan senyuman.
“Kamu kesini mau apa?” tanya Arini kepada Rudi.
“Aku hanya ingin menjengukmu saja, Rin” jawab Rudi.
“Emang ngak boleh ya?” tanya Rudi lagi
“Boleh kog, Rud.Tapi aku heran aja ma kamu kenapa kamu kog berubah gitu ya, semenjak aku sakit?” tanya Arini dengan wajah haran, karena sikap Rudi yang mendadak aneh kepadanya semenjak dia sakit.
“Enggak ada apa-apa kog, bener deh...Jangan dibahas lagi ya...” jawah Rudi membalas pertanyaan dari Arini.
“OK” jawab Arini simpel.
Setelah pulang dari Rumah Sakit Harapan, Arini dan Rudi selalu bermain bersama. Karena sekarang adalah hari Minggu. Jadi Arini menghabiskan waktu liburnya bermain bersama Rudi di halaman panti asuhan “Kasih Bunda”. Pada siang hari, Arini tidak lupa membantu petugas panti menyiapkan makan siang untuk anak-anak panti. Karena Arini adalah anak panti yang suka memasak, dia akhirnya dipilih oleh pengurus panti menjadi pengurus panti dibidang memasak, tetapi masih banyak anak panti yang juga ditugasi sebagai pengurus dalam hal memasak. Makanan pun telah selesai dimasak. Kini semua warga panti berkumpul untuk makan siang bersama. Mereka semua makan dengan lahapnya, sampai ada yang tersedak. Arini hanya tersenyum bahagia, karena masakan dari pengurus dalam hal memasak sangat enak, sampai-sampai ada anak panti yang tersedak seperti tadi.
Satu tahun kemudian, Arini dan Rudi menginjak bangku SMP, mereka berdua juga satu sekolah bahkan satu kelas. Mereka sangat akrab semenjak Arini sakit. Saat itu pula, Arini dan Rudi bersahabat. Kejadian menyenangkan maupun menyedihkan dilalui bersama. Mereka tidak membedakan antara satu dengan lainnya. Mereka menerima kekurangan dan kelebihan dari sahabatnya. Sampai sekarang persahabatan mereka seperti gula dan semut. Dan akhirnya mereka menjadi sahabat sejati.


Karya : Fadliyatul Mardiyatin

0 komentar:

Posting Komentar